Monday, July 2, 2012

Ini Musik Saya

Semua orang tentu sudah paham soal pentingnya olahraga untuk kesehatan. Namun, sebagian orang masih melihat hal ini sebatas ‘cita-cita’ mulia. Tak ada waktu, capek dan enggan berkeringat, serta malas repot, sering jadi alasan klasik. Padahal, belum tentu benar-benar itu masalahnya. Bila Anda salah satunya, tak ada salahnya menelusuri penyebabnya. Jangan-jangan, kemalasan itu berawal dari hal yang kelihatannya remeh, misalnya: belum punya sepatu atau outfit keren, atau jenuh berolahraga karena belum menemukan musik pengiring yang pas.

Seberapa penting peran musik dalam olahraga? Jawabannya tergantung pada jenis olahraganya. Pada olahraga permainan, misalnya tenis, bola voli, bola basket, musik tidak terlalu diperlukan. Selain olahraganya sendiri sudah fun karena dilakukan dengan banyak orang, adanya musik justru bisa mengganggu konsentrasi. Olahraga renang juga tak perlu musik pengiring. “Namun, pada olahraga atau aktivitas seperti menari dan angkat besi, musik sangat diperlukan, walaupun tak setiap orang menyukainya,” jelas dr. Phaidon Toruan, fitness trainer.

Sebetulnya, seperti apa, sih, peran musik dalam tubuh kita saat ber­olahraga? “Ritme musik memengaruhi detak jantung manusia. Hubungan di antara keduanya diolah dalam otak, sehingga efek akhirnya kita akan memilih musik yang sesuai dengan jenis kegiatan yang hendak kita kerjakan. Saya, misalnya, akan menyukai lagu-lagu dari White Lion atau Bon Jovi untuk mengiringi angkat beban. Tetapi, saya akan memilih lagu-lagi slow dari Josh Groban, kalau hendak melakukan stretching,” tambahnya.

Menurut personal trainer Gold’s Gym, Bobby Ferdian, musik dalam olahraga dapat memberi efek positif, seperti rasa nyaman, tenang, bersemangat dan membantu meningkatkan kemampuan seseorang ketika berlatih. “Karena, biasanya, saat kita berolahraga, pikiran kita tertuju pada intensitas latihan yang akan kita capai saat itu. Dan biasanya, target latihan kita selalu lebih tinggi dari yang kemarin atau sesi sebelumnya,” jelasnya. Maka dari itu, kita memerlukan situasi yang membuat kita lebih bersemangat dan lebih percaya diri dalam menjalani sesi latihan. “Musiklah yang bisa membantu kita untuk mencapai kondisi yang diinginkan,” lanjutnya.

Lalu, musik seperti apa yang paling sesuai? “Setiap orang memiliki kesenangan masing-masing dalam memilih jenis lagu. Misalnya, ada yang cenderung suka musik pop, rock, disco, techno, bahkan musik dangdut, untuk membuatnya lebih nyaman dan bersemangat saat berolahraga. Itu semua sah-sah saja,” kata Bobby. Meski begitu, ia menyarankan, sebaiknya kita memilih musik dengan tempo yang sesuai dengan kemampuan fisik.

Misalnya, bila Anda baru pertama kali berolahraga, lebih tepat memilih musik dengan tempo 80-100 beat per minutes (bpm). Bila Anda sudah cukup aktif, pilih musik dengan tempo 120-140 bpm. Dan, bila Anda sudah sangat aktif, atau seorang atlet, bisa dipilih musik dengan tempo 150 -190 bpm. “Semua hitungan ini didasari target denyut nadi latihan masing-masing orang. Karena, bila intensitas latihan kita terlalu tinggi dari target denyut nadi latihan kita, justru bisa berisiko terhadap jantung atau kesehatan secara umum,” papar Bobby.

SESUAI SELERA

Semua jenis musik yang kita sukai bisa digunakan sebagai teman saat berlatih. Entah itu didengarkan selama joging, aerobic class, atau resistance training. Seperti yang diungkap oleh Bishop, Karageorghis dan Loizou (2007) yang dimuat dalam Journal of Sport & Exercise Psychology, musik efektif dalam mengubah tingkat emosi dan membangun kondisi fisiologis selama olahraga, baik untuk membangkitkan semangat ataupun untuk relaksasi.

Contohnya, atlet lari peraih dua kali medali emas Olimpiade asal Inggris, Dame Kelly Holmes, biasa mendengarkan lagu-lagu balada berirama soul yang dinyanyikan Alicia Keys (misalnya Fallin dan Killing Me Softly) selama latihan rutin. Hal menarik juga terjadi pada 2007, saat berlangsungnya ajang tahunan New York Marathon. Saat itu, panitia membuat aturan baru, yang melarang peserta berlomba sambil mendengarkan musik. Alasannya, musik mengganggu konsentrasi peserta dalam menyimak aba-aba lomba. Kontan, larangan itu diprotes besar-besaran. Ratusan orang keukeuh mengenakan ipod atau earphone, walau risikonya didiskualifikasi dari lomba.

Selain ritme musik, Bishop mengatakan, lirik lagu dan komponen musik lain juga memengaruhi kondisi fisiologis dan emosi seseorang saat berolahraga. Yang jelas, tempo musik cepat akan lebih membangkitkan semangat dibanding tempo lambat.


1. Joging
Musik yang paling pas untuk menemani joging tergantung selera Anda. Tetapi, dr. Phaidon menyarankan, sebaiknya Anda membuat variasi ritme musik. “Ritme musik akan berpengaruh baik, bila dikombinasikan antara tempo cepat dan tempo sedang, bahkan tempo lambat,” katanya.

Pada saat musik sedang dalam tempo cepat, Anda menyesuaikan kecepatan lari menjadi lebih cepat. “Demikian pula kalau tempo musik sedang, kecepatan lari kita turunkan. Dan, saat tempo lambat, kita bisa jalan kaki sambil agak santai,” imbuh dr. Phaidon. Untuk itu, Anda memang perlu memilih dan memasukkan sendiri musik-musik yang ingin Anda dengar selama berlari, ke dalam mp3 player atau ipod.

2. Senam aerobik
Anggapan bahwa senam aerobik mesti ditemani musik-musik techno, tak sepenuhnya benar. Menurut dr. Phaidon, banyak sekali jenis musik yang bisa digunakan, dan sekali lagi, pilihannya tergantung selera Anda. “Bila Anda dan peserta senam aerobik yang lain masih berusia 20-an, mungkin musik techno cocok digunakan. Akan tetapi, bagi yang berusia 40-an, rasanya musik disko era ‘80-an lebih cocok buat mereka,” jelas dr. Phaidon.

Kalau Anda anggota sebuah fitness center, biasanya memang musik yang tersedia adalah musik-musik dengan tempo cepat. “Meski begitu, di luar kelas senam, Anda jangan sungkan untuk menggunakan music player Anda untuk mendengarkan musik-musik pilihan yang Anda sukai, apalagi kalau musik di fitness center tersebut tidak cocok dengan karakter Anda,” saran Bobby.

3. Yoga
Kelas-kelas yoga, pilates, atau balance class cenderung menggunakan musik yang lebih slow temponya atau tenang. “Karena, aktivitas tersebut memerlukan konsentrasi lebih tinggi saat bergerak,” papar Bobby. Selain itu, musik yang temponya lambat juga bisa memberikan efek relaks pada seseorang. Jenis lagu bisa bervariasi, disesuaikan dengan selera. “Walaupun yoga memiliki karakteristik musik sendiri, saya sarankan untuk memperlebar celah kreativitas dalam memilih musik, agar kita bisa menikmatinya sesuai dengan selera,” kata dr. Phaidon.

Penulis: Yoseptin Pratiwi

[Dari femina 45 / 2009]

http://www.femina.co.id/archive/main/issue/issue_detail.asp?id=516&cid=2&views=2

No comments:

Post a Comment