Semua orang tentu sudah paham soal pentingnya olahraga untuk kesehatan.
Namun, sebagian orang masih melihat hal ini sebatas ‘cita-cita’ mulia.
Tak ada waktu, capek dan enggan berkeringat, serta malas repot, sering
jadi alasan klasik. Padahal, belum tentu benar-benar itu masalahnya.
Bila Anda salah satunya, tak ada salahnya menelusuri penyebabnya.
Jangan-jangan, kemalasan itu berawal dari hal yang kelihatannya remeh,
misalnya: belum punya sepatu atau outfit keren, atau jenuh berolahraga
karena belum menemukan musik pengiring yang pas.
Seberapa penting peran musik dalam olahraga? Jawabannya tergantung pada
jenis olahraganya. Pada olahraga permainan, misalnya tenis, bola voli,
bola basket, musik tidak terlalu diperlukan. Selain olahraganya sendiri
sudah fun karena dilakukan dengan banyak orang, adanya musik justru bisa
mengganggu konsentrasi. Olahraga renang juga tak perlu musik pengiring.
“Namun, pada olahraga atau aktivitas seperti menari dan angkat besi,
musik sangat diperlukan, walaupun tak setiap orang menyukainya,” jelas
dr. Phaidon Toruan, fitness trainer.
Sebetulnya, seperti apa, sih, peran musik dalam tubuh kita saat
berolahraga? “Ritme musik memengaruhi detak jantung manusia. Hubungan
di antara keduanya diolah dalam otak, sehingga efek akhirnya kita akan
memilih musik yang sesuai dengan jenis kegiatan yang hendak kita
kerjakan. Saya, misalnya, akan menyukai lagu-lagu dari White Lion atau
Bon Jovi untuk mengiringi angkat beban. Tetapi, saya akan memilih
lagu-lagi slow dari Josh Groban, kalau hendak melakukan stretching,”
tambahnya.
Menurut personal trainer Gold’s Gym, Bobby Ferdian, musik dalam olahraga
dapat memberi efek positif, seperti rasa nyaman, tenang, bersemangat
dan membantu meningkatkan kemampuan seseorang ketika berlatih. “Karena,
biasanya, saat kita berolahraga, pikiran kita tertuju pada intensitas
latihan yang akan kita capai saat itu. Dan biasanya, target latihan kita
selalu lebih tinggi dari yang kemarin atau sesi sebelumnya,” jelasnya.
Maka dari itu, kita memerlukan situasi yang membuat kita lebih
bersemangat dan lebih percaya diri dalam menjalani sesi latihan.
“Musiklah yang bisa membantu kita untuk mencapai kondisi yang
diinginkan,” lanjutnya.
Lalu, musik seperti apa yang paling sesuai? “Setiap orang memiliki
kesenangan masing-masing dalam memilih jenis lagu. Misalnya, ada yang
cenderung suka musik pop, rock, disco, techno, bahkan musik dangdut,
untuk membuatnya lebih nyaman dan bersemangat saat berolahraga. Itu
semua sah-sah saja,” kata Bobby. Meski begitu, ia menyarankan, sebaiknya
kita memilih musik dengan tempo yang sesuai dengan kemampuan fisik.
Misalnya, bila Anda baru pertama kali berolahraga, lebih tepat memilih
musik dengan tempo 80-100 beat per minutes (bpm). Bila Anda sudah cukup
aktif, pilih musik dengan tempo 120-140 bpm. Dan, bila Anda sudah sangat
aktif, atau seorang atlet, bisa dipilih musik dengan tempo 150 -190
bpm. “Semua hitungan ini didasari target denyut nadi latihan
masing-masing orang. Karena, bila intensitas latihan kita terlalu tinggi
dari target denyut nadi latihan kita, justru bisa berisiko terhadap
jantung atau kesehatan secara umum,” papar Bobby.
SESUAI SELERA
Semua jenis musik yang kita sukai bisa digunakan sebagai teman saat
berlatih. Entah itu didengarkan selama joging, aerobic class, atau
resistance training. Seperti yang diungkap oleh Bishop, Karageorghis dan
Loizou (2007) yang dimuat dalam Journal of Sport & Exercise
Psychology, musik efektif dalam mengubah tingkat emosi dan membangun
kondisi fisiologis selama olahraga, baik untuk membangkitkan semangat
ataupun untuk relaksasi.
Contohnya, atlet lari peraih dua kali medali emas Olimpiade asal
Inggris, Dame Kelly Holmes, biasa mendengarkan lagu-lagu balada berirama
soul yang dinyanyikan Alicia Keys (misalnya Fallin dan Killing Me
Softly) selama latihan rutin. Hal menarik juga terjadi pada 2007, saat
berlangsungnya ajang tahunan New York Marathon. Saat itu, panitia
membuat aturan baru, yang melarang peserta berlomba sambil mendengarkan
musik. Alasannya, musik mengganggu konsentrasi peserta dalam menyimak
aba-aba lomba. Kontan, larangan itu diprotes besar-besaran. Ratusan
orang keukeuh mengenakan ipod atau earphone, walau risikonya
didiskualifikasi dari lomba.
Selain ritme musik, Bishop mengatakan, lirik lagu dan komponen musik
lain juga memengaruhi kondisi fisiologis dan emosi seseorang saat
berolahraga. Yang jelas, tempo musik cepat akan lebih membangkitkan
semangat dibanding tempo lambat.
1. Joging
Musik yang paling pas untuk menemani joging tergantung selera Anda.
Tetapi, dr. Phaidon menyarankan, sebaiknya Anda membuat variasi ritme
musik. “Ritme musik akan berpengaruh baik, bila dikombinasikan antara
tempo cepat dan tempo sedang, bahkan tempo lambat,” katanya.
Pada saat musik sedang dalam tempo cepat, Anda menyesuaikan kecepatan
lari menjadi lebih cepat. “Demikian pula kalau tempo musik sedang,
kecepatan lari kita turunkan. Dan, saat tempo lambat, kita bisa jalan
kaki sambil agak santai,” imbuh dr. Phaidon. Untuk itu, Anda memang
perlu memilih dan memasukkan sendiri musik-musik yang ingin Anda dengar
selama berlari, ke dalam mp3 player atau ipod.
2. Senam aerobik
Anggapan bahwa senam aerobik mesti ditemani musik-musik techno, tak
sepenuhnya benar. Menurut dr. Phaidon, banyak sekali jenis musik yang
bisa digunakan, dan sekali lagi, pilihannya tergantung selera Anda.
“Bila Anda dan peserta senam aerobik yang lain masih berusia 20-an,
mungkin musik techno cocok digunakan. Akan tetapi, bagi yang berusia
40-an, rasanya musik disko era ‘80-an lebih cocok buat mereka,” jelas
dr. Phaidon.
Kalau Anda anggota sebuah fitness center, biasanya memang musik yang
tersedia adalah musik-musik dengan tempo cepat. “Meski begitu, di luar
kelas senam, Anda jangan sungkan untuk menggunakan music player Anda
untuk mendengarkan musik-musik pilihan yang Anda sukai, apalagi kalau
musik di fitness center tersebut tidak cocok dengan karakter Anda,”
saran Bobby.
3. Yoga
Kelas-kelas yoga, pilates, atau balance class cenderung menggunakan
musik yang lebih slow temponya atau tenang. “Karena, aktivitas tersebut
memerlukan konsentrasi lebih tinggi saat bergerak,” papar Bobby. Selain
itu, musik yang temponya lambat juga bisa memberikan efek relaks pada
seseorang. Jenis lagu bisa bervariasi, disesuaikan dengan selera.
“Walaupun yoga memiliki karakteristik musik sendiri, saya sarankan untuk
memperlebar celah kreativitas dalam memilih musik, agar kita bisa
menikmatinya sesuai dengan selera,” kata dr. Phaidon.
Penulis: Yoseptin Pratiwi
[Dari femina 45 / 2009]
http://www.femina.co.id/archive/main/issue/issue_detail.asp?id=516&cid=2&views=2
No comments:
Post a Comment