JAKARTA - Olahraga menjadi
kebutuhan mutlak untuk mencapai kesehatan. Namun, pemilihan olahraga
juga mesti diperhatikan dengan baik sesuai kebutuhan.
Untuk mendapat kebugaran yang diperlukan, seseorang perlu melakukan latihan fisik atau olahraga. Terutama bagi mereka yang selalu berhadapan dengan rutinitas.
Selama ini, banyak yang menganggap olahraga identik dengan keringat. Berbagai olah tubuh yang dilakukan belum dianggap memberikan manfaat sehat kalau belum berkeringat. Sebaliknya, banyak juga yang menganggap segala aktivitas yang berkeringat sudah termasuk olahraga.
"Olahraga itu sebenarnya tidak mesti berkeringat. Tapi yang terpenting adalah intensitasnya. Semua itu akan sangat tergantung dari kebutuhan individu," ujar dokter olahraga di klinik Persatuan Atletik Seluruh Indonesia (PASI) dr Nawanto Agung.
Semua jenis olahraga sebenarnya baik. Namun, individu tersebut juga harus mengetahui kebutuhan fisiknya, seperti bagaimana kondisi kebugaran yang dimiliki, serta tujuan dia berolahraga. Untuk itu, sebelum olahraga ada baiknya mengecek kondisi kebugaran.
"Umumnya, tingkat kebugaran yang baik ditandai dengan denyut jantung antara 120 hingga 140 per menit. Tapi tidak semua orang bisa mencapai itu," tutur Nawanto.
Lari misalnya, olahraga ini sangat baik. Selain memberikan pembakaran terhadap tubuh, olahraga ini juga melatih otototot kaki dan juga tangan. Namun, untuk mereka yang tidak terbiasa berolahraga dan memiliki badan gemuk, olahraga ini sebaiknya dihindari. "Sebab bisa berisiko cedera pada otototot kakinya yang tidak pernah terlatih," ungkap Nawanto.
Sebagai gantinya, orang gemuk bisa memulai olahraga dengan pilihan latihan ringan seperti jogging, cycling maupun renang. Itu pun kembali disesuaikan dengan kondisi tubuhnya. "Bila sekiranya tidak sanggup, jangan dilanjutkan. Latihan dilakukan semampunya karena kalau dipaksa bisa berbahaya," papar dokter olahraga yang juga berprofesi sebagai dosen di Universitas Atma Jaya itu.
Sementara itu fitnes ada banyak pilihan, baik itu yang intensitasnya tinggi maupun rendah. Meski intensitas berbeda, saat dipergunakan dengan tepat, manfaatnya pun bisa didapat secara maksimal. Untuk yang senang dengan intensitas tinggi, latihan beban maupun kardio bisa menjadi pilihan.
Latihan ini memang cepat membentuk otot-otot tubuh. Selain itu pembakaran lemak juga bisa berlangsung dengan baik. Mereka yang ingin menurunkan berat badan maupun membuat badan menjadi berbentuk, bisa melakukan latihan ini dengan rutin. "Tapi itu juga tergantung dari kondisi tubuh yang dia miliki," ujar seorang personal treainer profesional, Bobby Ferdian.
Intensitas tersebut tidak bisa begitu saja dipaksakan. Saat latihan beban misalnya, orang tersebut juga mesti mengukur kemampuan fisiknya. Setelah terbiasa, barulah beban itu ditambah. Begitu pula dengan latihan aerobik. Untuk latihan senam aerobik, tidak harus mengambil latihan high impact yang memacu intensitas dengan cepat. Sebab, saat kondisi buruk maupun usia sudah lanjut, latihan tersebut justru bisa berakibat fatal. Apalagi bagi mereka yang memiliki masalah dengan jantung.
"Kami tidak menganjurkan mereka yang memiliki masalah dengan kesehatannya mengikuti latihan ini," sebut Rachmawaty SOr, instruktur aerobik yang mengajarkan latihan kardio shape dalam kelasnya.
Latihan yang mencapai target zone 80% maksimum heart rate manusia tersebut memang efektif untuk jantung. Namun, juga cukup melelahkan, terutama pada saat latihan kardionya.
Latihan yang rendah intensitasnya seperti latihan yoga, senam pilates maupun body balance juga bisa menjadi pilihan.
(tty) Untuk mendapat kebugaran yang diperlukan, seseorang perlu melakukan latihan fisik atau olahraga. Terutama bagi mereka yang selalu berhadapan dengan rutinitas.
Selama ini, banyak yang menganggap olahraga identik dengan keringat. Berbagai olah tubuh yang dilakukan belum dianggap memberikan manfaat sehat kalau belum berkeringat. Sebaliknya, banyak juga yang menganggap segala aktivitas yang berkeringat sudah termasuk olahraga.
"Olahraga itu sebenarnya tidak mesti berkeringat. Tapi yang terpenting adalah intensitasnya. Semua itu akan sangat tergantung dari kebutuhan individu," ujar dokter olahraga di klinik Persatuan Atletik Seluruh Indonesia (PASI) dr Nawanto Agung.
Semua jenis olahraga sebenarnya baik. Namun, individu tersebut juga harus mengetahui kebutuhan fisiknya, seperti bagaimana kondisi kebugaran yang dimiliki, serta tujuan dia berolahraga. Untuk itu, sebelum olahraga ada baiknya mengecek kondisi kebugaran.
"Umumnya, tingkat kebugaran yang baik ditandai dengan denyut jantung antara 120 hingga 140 per menit. Tapi tidak semua orang bisa mencapai itu," tutur Nawanto.
Lari misalnya, olahraga ini sangat baik. Selain memberikan pembakaran terhadap tubuh, olahraga ini juga melatih otototot kaki dan juga tangan. Namun, untuk mereka yang tidak terbiasa berolahraga dan memiliki badan gemuk, olahraga ini sebaiknya dihindari. "Sebab bisa berisiko cedera pada otototot kakinya yang tidak pernah terlatih," ungkap Nawanto.
Sebagai gantinya, orang gemuk bisa memulai olahraga dengan pilihan latihan ringan seperti jogging, cycling maupun renang. Itu pun kembali disesuaikan dengan kondisi tubuhnya. "Bila sekiranya tidak sanggup, jangan dilanjutkan. Latihan dilakukan semampunya karena kalau dipaksa bisa berbahaya," papar dokter olahraga yang juga berprofesi sebagai dosen di Universitas Atma Jaya itu.
Sementara itu fitnes ada banyak pilihan, baik itu yang intensitasnya tinggi maupun rendah. Meski intensitas berbeda, saat dipergunakan dengan tepat, manfaatnya pun bisa didapat secara maksimal. Untuk yang senang dengan intensitas tinggi, latihan beban maupun kardio bisa menjadi pilihan.
Latihan ini memang cepat membentuk otot-otot tubuh. Selain itu pembakaran lemak juga bisa berlangsung dengan baik. Mereka yang ingin menurunkan berat badan maupun membuat badan menjadi berbentuk, bisa melakukan latihan ini dengan rutin. "Tapi itu juga tergantung dari kondisi tubuh yang dia miliki," ujar seorang personal treainer profesional, Bobby Ferdian.
Intensitas tersebut tidak bisa begitu saja dipaksakan. Saat latihan beban misalnya, orang tersebut juga mesti mengukur kemampuan fisiknya. Setelah terbiasa, barulah beban itu ditambah. Begitu pula dengan latihan aerobik. Untuk latihan senam aerobik, tidak harus mengambil latihan high impact yang memacu intensitas dengan cepat. Sebab, saat kondisi buruk maupun usia sudah lanjut, latihan tersebut justru bisa berakibat fatal. Apalagi bagi mereka yang memiliki masalah dengan jantung.
"Kami tidak menganjurkan mereka yang memiliki masalah dengan kesehatannya mengikuti latihan ini," sebut Rachmawaty SOr, instruktur aerobik yang mengajarkan latihan kardio shape dalam kelasnya.
Latihan yang mencapai target zone 80% maksimum heart rate manusia tersebut memang efektif untuk jantung. Namun, juga cukup melelahkan, terutama pada saat latihan kardionya.
Latihan yang rendah intensitasnya seperti latihan yoga, senam pilates maupun body balance juga bisa menjadi pilihan.
No comments:
Post a Comment